Tebu adalah tanaman yang merupakan bahan baku yang diolah menjadi gula, baik gula pasir maupun gula merah. Tanaman tebu dapat tumbuh dan berkembang baik di hamparan yang beriklim
tropis dengan ketinggian tanah antara 1 sampai dengan 1300 meter di atas
permukaan laut.
Indonesia termasuk Negara
yang mempunyai hamparan – areal – lahan yang luas yang dapat ditanami tebu, namun sampai sekarang ini belum
dapat memaksimalkan hamparan tersebut sebagai lahan pertanian dan perkebunan
yang dapat ditanami tebu, sehingga sampai sekarang Indonesia masih mengimpor gula, baik raw sugar yang diolah
menjadi gula untuk didistribusikan
didalam negeri.
Petani
tebu sebagai supplier bahan baku gula
yang diproduksi oleh pabrik gula,
yang merawat tebu dengan baik, bagi pabrik
gula ini adalah bahan baku yang baik, dan akan diperoleh produksi gula yang memadai, namun bila tebu
kurang dirawat dan tebangan tebu
tidak bersih, maka akan diperoleh gula
yang kurang, yang banyak diperoleh adalah tetesnya. Dan tetes ini dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biofuel.
Bagaimana
sih menanam tebu, agar diperoleh
produksi tebu yang sesuai dengan
standard penanaman tebu yang
diharapkan oleh pabrik gula?
Dalam
penanaman tebu pemerintah
memprogramkan swasembada gula
nasional, yaitu bahwa Indonesia dapat menghasilkan gula yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi, dan tidak
menggantungkan gula impor. Namun sampai dengan tahun 2012 program pemerintah
tersebut belum bisa diwujudkan, karena berbagai hal yang harus dicari
solusinya. Dan sampai sekarang solusi itu belum dapat dioperasionalkan, artinya
solusinya sudah dirumuskan, namun belum direalisasikan.
Salah
satu program adalah bongkar ratoon tanaman tebu
dan diganti dengan bibit yang berkualitas, terutama yang telah dihasilkan oleh
P3GI. Program ini belum dapat dijalankan dengan mulus, karena akses informasi
maupun pendanaan yang belum dapat terdistribusi dengan lancar, artinya belum
semua petani tebu dapat mengakses
pendanaan yang dapat mendukung bongkar ratoon dan bibit yang berkualitas.
Sebenarnya
apa sih yang diharapkan oleh petani tebu
dengan menanam tebu, tentunya kesejahteraan para petani tebu itu sendiri, artinya dengan
menanam tebu mereka dapat menghidupi
keluarganya dan sejahtera. Namun sampai sekarang harapan tersebut belum
terwujud, karenanya bongkar ratoon dan bibit tebu yang berkualitas itu belum direalisasikan.
Penggantian
tanaman tebu atau program bongkar
ratoon yang diharapkan para petani tebu
untuk menggantikan tanaman yang sudah ada yaitu varietas PS 80142, BZ 132 dan
PS 801424 adalah produksi dari P3GI yaitu tebu
varietas PS 862, PS863, PS 861, PB 851, PS 851, dan PB 861. Dengan penggantian
varietas – bibit ini, diharapkan akan memberikan produksi tebu yang baik
dimana yang akan dating.
Menurut
para ahli produktivitas tanaman tebu
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu tipe tanah/lahan (
sawah/tegalan), penggunaan sarana produksi dan metode atau tehnik budidayanya.
Salah satu metode atau tehnik budidaya yaitu pemupukan tanaman tebu, ini harus dilakukan pada saat yang
tepat, jumlah dan kombinasi pupuk yang tertentu akan dapat berpengaruh positif
terhadap produksi tebu maupun gula.
Artinya produksi tebunya akan
meningkat, misalnya dalam 1 Ha produksi tebunya biasanya 700 Kwintal
meningkat menjadi 900 Kwintal. Sedangkan produksi gula meningkat artinya bahwa biasaya yang rendemennya 6% dapat
meningkat dengan 7,3%, ini adalah pengaruh yang signifikan bagi produksi gula dengan adanya peningkatan rendemen
tebu tadi.
Apasih
Keuntungan Usaha Tani Tebu
Secara
financial keuntungan usaha tani tebu
adalah dengan membandingkan berapa input yang dikeluarkan oleh petani untuk
membiayai tanaman tebunya, dengan
output yang didapat yaitu hasil yang diterima petani tebu dari menanam tebu.
Namun masih ada tambahan yaitu adanya transfer pengetahuan tehnologi penanaman tebu yang biasanya kurang dirasakan
oleh petani tebu.
Sedangkan
keuntungan secara ekonomi (sosial) tidak adanya distorsi pasar atas kebijakan
pemerintah yang telah ditetapkan, karena dengan adanya swasembada gula, maka tidak ada lagi yang namanya
impor gula yang akan mendistorsi
pasar, dimana hal ini akan menimbulkan efisiensi pasar.
Petani
mengusahakan tanaman tebu di
Indonesia dengan menggunakan lahan sawah irigasi tehnis, sawah tadah hujan dan
lahan kering. Faktor produksi seperti tanah dapat digunakan secara efisien, jadi
tidak ada lahan yang menganggur tidak diusahakan.
No comments:
Post a Comment