Minggu, 22/05/2011 | 09:51 WIB
Investor butuh lahan pabrik 20 ha dan sewa lahan tanam tebu seluas 200 ha
PROBOLINGGO - PT Permata Tene bakal membangun pabrik gula (PG) sekaligus membuka areal tebu di Kabupaten Probolinggo paling lambat 2012 mendatang. Investor swasta asal Jakarta ini berencana membangun pabrik di lahan seluas 50 hektare (ha) di Desa Wringinanom dan Desa Sumendi Kecamatan Tongas. Sementara areal tanam seluas 200 hektare di 12 kecamatan dengan sistem sewa.
“Pembangunan PG diperkirakan memakan waktu sekitar dua tahun mulai 2012-2014,” kata Bupati Probolinggo Bupati Hasan Aminuddin, Sabtu (21/5).
Bahkan rencana itu sudah digagas serius melalui pertemuan di Kanpor Kementerian Pertanian di Jakarta, Jumat (20/5) lalu. Selain investor dan pejabat Kementerian Pertanian, pertemuan itu dihadiri jajaran Pemkab Probolinggo di antaranya, Bupati Hasan Aminuddin sendiri yang didampingi Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Probolinggo Ibrahim Muhammad, Kepala Bappeda Dewi Korina, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Nanang Trijoko, dan Camat Tongas Heri Sulistianto.Bahkan pertemuan itu juga dihadiri pimpinan DPRD Kab. Probolinggo beserta ketua-ketua fraksi dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemprop Jatim.
“Sengaja kami membawa rombongan besar ke Jakarta untuk membahas rencana pendirian PG baru di Probolinggo,” ujar Bupati Hasan.
Bupati memberikan jaminan kalau areal pertanian tebu di Probolinggo termasuk terbaik di Jatim selain Lumajang. “Penelitian P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Pasuruan menyatakan struktur tanah di Probolinggo sangat bagus untuk tanaman tebu,” ujarnya.
Pertemuan dengan investor PT Permata Tene di Jakarta, Jumat (20/5) merupakan pertemuan kali keempat. “Intinya, investor serius hendak membangun PG baru di Probolinggo,” tambah Hasan.
Ia menambahkan, kehadiran PG baru itu kelak tidak akan mengganggu pasokan tebu di tiga PG lama di Kab. Probolinggo masing-masing PG Wonolangan, PG Pajarakan dan PG Gending. Sebab PG baru itu bakal membuka sendiri lahan tidak produktif.
Berdasarkan catatan, sempitnya lahan tebu di Kab. Probolinggo menjadi kendala yang dihadapi ketiga PG peninggalan Belanda itu. Untuk mencukupi kebutuhan tebunya, ketiga PG itu “mengimpor” tebu dari Lumajang, yang memang surplus tebu.
PG Gending misalnya, hanya mempunyai sekitar 1.000 Ha areal tebu di Probolinggo. Untuk mencukupi kekurangan tebu, PG Gending menyewa areal tebu sekitar 1.500 Ha di belahan utara Lumajang seperti di Kec. Klakah dan Kec. Ranuyoso.
Meski tiga PG lama itu kesulitan lahan tebu, Pemkab Probolinggo menegaskan, potensi lahan yang bisa ditanami tebu di Kab. Probolinggo sedikitnya 25.000 ha. Hal itu berdasarkan survei Dinas Pertanian dan Perkebunan terkait rencana PT Kertas Leces mendirikan PG baru.
Disayangkan rencana pendirian PG baru di kompleks pabrik kertas milik BUMN itu semakin tidak jelas. Awalnya PT Kertas Leces bakal menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI. Rencana kongsi kedua BUMN itu kemudian berantakan setelah PTPN XI “disemprot” sejumlah kalangan (Gubernur Jatim dan DPD RI), karena pendirian PG baru itu bakal diikuti penutupan tujuh PG di lingkungan PTPN XI.
PT Kertas Leces sempat bersikukuh hendak membangun sendiri PG itu meski tanpa menggandeng PTPN XI. Setelah sekian lama, rencana itu semakin tidak jelas. isa
sumber:http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=14a99a86a54b134f8052222127b442c9&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
No comments:
Post a Comment