Monday, May 24, 2010

Koreksi harga gula diprediksi berakhir

Minggu, 23/05/2010 15:07:14 WIB
Oleh: Berliana Elisabeth S.
JAKARTA (Bisnis.com): Koreksi harga gula akan berakhir menyusul meningkatnya permintaan, setelah menunjukkan penampilan terburuk dibandingkan dengan komoditas lain sepanjang tahun ini.

Executive Director International Sugar Organization (ISO) Peter Baron mengatakan harga gula mentah akan ditransaksikan lebih tinggi US$0,20 per pound di New York pada Oktober 2010, atau naik 33% dari penutupan akhir pekan yakni US$0,1499 di ICE Futures AS. Broker komoditas, Newedge AS, memprediksi harga naik menjadi US$0,17 pada 3 bulan ke depan.

Harga gula sudah terpangkas 57% dari rekor tertinggi 29 tahun yakni di level US$0,304 pada 1 Februari. Pada tahun ini, harga sudah terpangkas 44%, penurunan ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya yang tercatat dalam indeks Reuters/Jefferies CRB, yakni terpangkas 26%.

Penurunan harga gula ini dipicu berkurangnya pembelian dari importir dan naiknya produksi di Brasil dan India, produsen gula terbesar dunia. Kenaikan produksi di kedua negara itu akan menghapus defisit produksi gula pada tahun depan. Namun, setelah harga turun dan rendahnya persediaan, akan mendongkrak pembelian.

"Sejumlah negara akan kembali menambah persediaan, kemungkinan tidak akan sebesar sebelumnya, tetapi mereka butuh gula," kata Baron seperti dikutip Bloomberg.

Harga gula naik hingga kenaikan terbesar mingguan sejak Oktober pada perdagangan akhir pekan, dipicu sinyal kenaikan permintaan dan spekulasi pasokan akan berkurang akibat aksi protes di Thailand.

Disisi lain, pembelian dari India, konsumen terbesar, serta Pakistan, China dan Rusia, memberi sinyal kenaikan permintaan, kata Bruno Lima, risk management consultant FCStone Group Inc. di Campinas Brasil.

"Dengan ditambah konflik di Thailand yang menyebabkan batalnya ekspor, kondisi ini menambah komplit masalah di pasar," kata Lima.

Harga gula mentah (raw sugar) untuk kontrak pengiriman Juli naik 4,4% menjadi US$0,1565 per pound di ICE Futures AS New York. Harga sudah naik 11% sepekan lalu, kenaikan mingguan tertinggi sejak 16 Oktober.

Di London, harga gula putih atau refineri, untuk kontrak pengiriman Agustus naik untuk kelima harinya di bursa Liffe, naik US$14 atau 2,9% menjadi US$503,70 per ton. Harga sudah menanjak 8,1% sepekan lalu, kenaikan mingguan tertinggi sejak 18 Desember.

Dari Indonesia dilaporkan harga patokan petani (HPP) gula kristal putih (GKP) tahun ini sebesar Rp6.350 per kilogram, naik 18,7% dibandingkan dengan 2009 sebesar Rp5.350 per kilogram. Penetapan HPP itu dilakukan menyusul penetapan musim giling tebu 2010 yang mulai pada 25 Mei 2010.

Keputusan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 20/M-DAG/PER/5/2010 tentang Penetapan Harga Patokan Petani (HPP) Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar).

ISO menyatakan persediaan gula global akan turun menjadi 52,8 juta ton, atau 32% dari total konsumsi pada tahun ini yang berakhir 30 September, rasio terendah dalam 20 tahun. Dengan demikian musim baru akan datang dengan persediaan di ambang kritis.

Persediaan gula di India, konsumen gula terbesar dunia, hanya mampu untuk memenuhi konsumsi selama dua setengah bulan, biasanya negeri itu menyimpan untuk konsumsi enam bulan. Di AS, persediaan yang biasanya dipakai untuk rasio tercatat sebesar 7,9%, level terendah dalam 53 tahun.(yn)
Sumber:
http://web.bisnis.com/harga/komoditas/1id182837.html

No comments: