Jum'at, 11 Desember 2009 | 08:10 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Widodo meminta pemerintah melakukan razia gudang gula. Dia menduga kenaikan harga gula saat ini akibat ulah para pedagang yang menimbun stok gula.
Widodo mengatakan menipisnya stok gula nasional akibat bencana alam yang dialami petani tebu hingga membuat harga gula melambung hanyalah alibi para pedagang. Hingga saat ini APTR tidak menemukan adanya ketimpangan antara pasokan dan kebutuhan dalam negeri. "Sudah pasti gula ini disimpan di gudang para pedagang," kata Widodo kepada Tempo, Jumat (11/12).
Dugaan penyimpangan tersebut didasarkan pada pertambahan areal tanaman tebu tahun ini akibat melambungnya harga gula nasional. Kondisi tersebut menurut Widodo sangat berdampak pada ketersediaan pasokan dan menepis kabar krisis gula saat ini.
Hanya saja, masuknya gula rafinasi ke pasar konsumen di luar Jawa menurut Widodo cukup menghambat distribusi gula ke luar pulau. Para konsumen lebih menyukai penggunaan gula rafinasi dan meninggalkan gula lokal. Akibatnya stok gula lokal tertahan di Pulau Jawa. "Di sinilah para pedagang berulah dengan menyimpan gula untuk menghindari anjloknya harga," kata Widodo.
Karena itu dia meminta pemerintah segera melakukan operasi di gudang penyimpanan gula untuk menekan kenaikan harga. Sebab menurut pantauan APRT harga gula di pasaran saat ini telah menembus angka di atas Rp 10.000 per kg di pasar modern dan swalayan.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Kediri Eko Setiono mengatakan terjadi penambahan areal tanaman tebu sebesar 21 ribu hektar dari tahun sebelumnya yang hanya 18 ribu hektar. Pertambahan ini menurut dia akibat banyaknya petani yang tergiur kenaikan harga gula. "Mudah-mudahan harga gula segera turun setelah banyak panenan nanti," katanya.
HARI TRI WASONO
No comments:
Post a Comment