Friday, October 14, 2016

Penutupan Pabrik Gula Masih Wacana

Kamis, 13 Okt 2016 07:50 WIB
MedanBisnis - Jember. Ketua Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR) Jember M Ali Fikri menilai, rencana pemerintah untuk melakukan penutupan atau regrouping 10 pabrik gula di Pulau Jawa tersebut masih sebatas wacana dan hal tersebut sudah pernah digulirkan pada tahun 2010. "Saya belum melihat adanya keseriusan untuk melaksanakan penutupan pabrik gula dan soal regrouping pabrik gula terutama di wilayah PTPN XI, wacana itu memang sudah didengungkan lama oleh pihak direksi atau pemerintah," katanya di Jember, Jatim, Rabu (12/10).

Menurutnya, tahun 2010 di wilayah PTPN XI juga pernah diwacanakan penutupan tujuh pabrik gula (PG) yang ada di wilayah Situbondo, Probolinggo dan Madiun, namun rencana tersebut tidak direalisasikan.

"Kalau rencana penutupan itu muncul lagi saat ini, maka tidak bisa dimungkiri ada situasi dan kondisi yang mengemuka yakni sejak akhir 2015, negara-negara sudah menerapkan 'ASEAN Free Trade Area' (AFTA) atau perdagangan bebas tingkat negara-negara ASEAN," tuturnya.

Dengan kondisi itu, lanjut dia, menuntut semua produksi untuk saling berkompetisi dan berdaya saing, baik harga maupun kualitas, termasuk gula di Indonesia. Dari segi harga dan kualitas, masih sulit bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand.

Biaya produksi yang masih tinggi dan pabrik gula yang tidak modern alias sudah tua di Indonesia tidak mampu meningkatkan kualitas dan daya saing dengan negara tetangga.

Sehingga tidak salah, jika BUMN dan pemerintah berusaha melakukan rasionalinasi dan efisiensi, diantaranya melakukan regrouping pabrik gula dalam usaha menekan biaya produksi gula.

"Saat ini lahan tebu rakyat semakin menyusut, sehingga pabrik gula mengalami idle capacity yakni tidak bisa menggiling dengan jumlah tebu yang ideal, sehingga kekurangan bahan baku tebu," ujarnya.

Fikri mengatakan, lahan tebu rakyat semakin menyusut, seperti di Kabupaten Jember yang awalnya seluas 6.700 hektare dan tahun ini diprediksi tinggal 4.000 hektare saja, bahkan luas lahan tebu di Indonesia dalam setahun berkurang 25%.

Banyak faktor yang memengaruhi, di antaranya sulitnya mengakses kredit ketahanan pangan (KKP), sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, naiknya biaya sewa lahan.

"Dan tahun 2016 ini, diduga kuat akan semakin banyak lahan tebu yang dibongkar karena faktor rendemen yang rendah dan cuaca La Nina (kemarau basah) yang menyebabkan biaya panen tebu membengkak, sehingga banyak petani tebu bangkrut dan tidak meneruskan usaha tebunya," paparnya.

Dengan lahan tebu yang semakin berkurang kata dia, akan menyebabkan kurangnya pasokan tebu ke pabrik gula maka oleh pihak Pabrik Gula PTPN mungkin disikapi dengan mengkonsentrasikan pasokan tebu nantinya hanya pada beberapa PG saja.

"Wacananya dengan menggulirkan regrouping pabrik gula tersebut dan dalam hal ini untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku tebu, sehingga kondisi tersebut yang dihadapi oleh manajemen pabrik gula dan direksi BUMN," tuturnya.

Apabila betul-betul serius melakukan penutupan pabrik gula, lanjut dia, petani tebu atau pedagang tebu yang biasanya memasok ke PG yang ditutup akan mengalihkan pasokan tebunya ke PG sekitarnya yang masih buka.

Misalnya, wilayah Situbondo yang biasanya mengirim ke PG Panji, PG Olean, dan PG Wringinanom akan mengalihkan pasokan tebunya ke PG terdekat yaitu PG Asembagus Situbondo atau PG pradjekan Bondowoso.

Dalam konteks Jawa Timur, lanjut dia, sebanyak sembilan PG yang ditutup, maka pasokan tebunya akan dialihkan ke 24 PG lainnya karena jumlah pabrik gula di Jatim saat ini sebanyak 33 PG, termasuk PG swasta yang bukan milik BUMN.

Sebanyak 10 pabrik gula yang rencananya akan ditutup tersebut adalah PG Kanigoro, PG Rejosari dan PG Purwodadi di Madiun, PG Toelangan dan PG Watoetoelis di Kabupaten Sidoarjo, PG Meritjan di Kediri, PG Wringinanom, PG Pandjie dan PG Olean di Kabupaten Situbondo, serta PG Gondang Baru di Klaten (Jawa Tengah). (ant)  
Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/10/13/262098/penutupan-pabrik-gula-masih-wacana/#.WABSETVBm4A

No comments: