Monday, December 26, 2016

Cuaca Buruk, Produksi Gula di Jember Turun 4.000 Ton

Kamis 22 Dec 2016,
 Yakub Mulyono - detikFinance
Jember - Produksi gula di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menurun 4.000 ton dibandingkan tahun 2015 lalu. Pada akhir tahun 2016, produksi gula Jember sebanyak 26.000 ton, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 30.000 ton.

Produksi gula di Kabupaten Jember, Jawa Tumur akhir 2016 diperkirakan 26.000 ton, turun 4.000 ton dibandingkan tahun lalu yang sebesar 30.000 ton. Hal ini dinyatakan oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Jember, Yeyek Sugiarto.

Pabrik Gula (PG) Semboro Jember menargetkan penggilingan tebu sebanyak 9.000.500 kuintal tahun 2016.

"Namun pada akhir tahun ini masih tercapai sekitar 8.000.000 kuintal. Target produksi gula nya sama dengan tahun lalu sebanyak 30.000 ton, tetapi akibat faktor cuaca hanya baru terealisasi sekitar 26.000 ton," sebut Yeyek, Kamis (22/12/2016).

Penurunan produksi gula ini akibat musim hujan yang masih mengguyur Jember hingga akhir tahun ini. Padahal, menurut Yeyek, pertengahan tahun lalu sudah memasuki musim kemarau dan itu bagus untuk pertanian tebu karena tingkat rendemen tinggi. Sedangkan tahun ini, musim hujan terjadi hampir sepanjang tahun.

Cuaca ekstrem itu berdampak pada penurunan tingkat rendemen. Ia menyebutkan, rendemen tebu terus menurun setiap bulannya, mulai dari 7 persen hingga saat ini berada di posisi 5,4 - 5,5 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang berkisar 8,5 - 10 persen.

"Biaya produksi sekitar Rp 10 juta per hektare, dengan rata-rata produksi tebu sebanyak 800-1.000 kuintal per hektare. Biaya itu terdiri dari pupuk, jasa tebang panen dan jasa angkut tebu. Sedangkan pendapatan petani sekarang hanya sekitar Rp 2 juta per hektare," tuturnya.

"Padahal ada juga petani yang tidak memiliki lahan, akhirnya sewa lahan. Artinya, kerugian petani sewa bisa lebih tinggi dibandingkan petani yang memiliki lahan sendiri," sambung Yeyek.

Berdasarkan data APTRI Jember, jumlah petani di Jember sekitar 2.000 orang yang tersebar di 31 Kecamatan. Ia memprediksi, jumlah petani yang menanam tebu akan berkurang karena mengalami kerugian pada tahun ini.

Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Jember, Masykur, membenarkan kondisi pertanian tebu tersebut. Menurutnya, kerugian petani tidak hanya disebabkan rendahnya rendemen.

"Selain bergantung pada kondisi cuaca, petani juga bergantung pada harga lelang gula. Pada saat ini, harga lelang gula juga terus menurun dibandingkan beberapa bulan sebelumnya," kata Masykur saat dikonfirmasi terpisah.

Dari data yang dihimpun Disbunhut Jember, harga lelang gula di Jember saat ini sekitar Rp 11.000 per kilogram. Angka itu kian merosot sejak enam bulan yang lalu yang berkisar Rp 13.000 - Rp 14.000 per kilogram.

"Penurunan produksi gula dan berkurangnya pendapatan petani jelas akan terjadi. Tahun lalu, walaupun harga lelang berkisar Rp 10.000 - Rp 11.000, tetapi petani masih untung karena rendemen stabil di atas 8,5 persen," paparnya.

Melihat fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Jember tidak bisa berbuat banyak. Penetapan harga lelang murni ditetapkan PG Semboro.

"Kami saat ini mencari alternatif lain untuk membantu petani, salah satunya menghubungkan petani dengan perbankan untuk mendapatkan kredit lunak, agar memiliki modal untuk biaya tanam" tandasnya. (hns/hns) 
Sumber:
https://finance.detik.com/industri/3378374/cuaca-buruk-produksi-gula-di-jember-turun-4000-kg
 

Wednesday, November 23, 2016

Rini Resmikan Kartu Tani di Pabrik Gula Situbondo

Rabu 16 Nov 2016, 17:58 WIB

Situbondo - Menteri BUMN Rini M Soemarno, meresmikan peluncuran Kartu Tani di Pabrik Gula (PG) Assembagoes, Kabupaten Situbondo, Rabu (16/11/2016). Dalam tahap awal peluncuran ini, ditargetkan Kartu Tani akan dibagikan kepada 31.000 petani tebu.

Kartu Tani adalah kartu berisi basis data yang menunjukkan profil petani secara lengkap, mulai dari luas dan lokasi lahan, jadwal panen, penjatahan pupuk, hingga akses pembiayaan perbankan.

Tiga puluh satu ribu petani tebu yang mendapatkan kartu tani berada di bawah naungan BUMN produsen gula yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, X, XI dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

Untuk petani tebu, data di Kartu Tani dilengkapi dengan rincian transaksi pabrik gula, termasuk jumlah rendemen (kadar gula dalam tebu) dan jumlah produksi gula. Untuk mengakses data di kartu tani, petani bisa menginstall aplikasi di smartphone dan memasukkan nomor kartu taninya atau melalui notifikasi melalui sms di handphone atau melalui ATM.

"Pada dasarnya untuk para petani tebu yang diutamakan adalah bahwa dengan adanya Kartu Tani, pabrik gula juga mengetahui data-data mengenai para petani tebu di wilayahnya yang akan menanam tebu. Selain itu program dari dari Kartu Tani untuk para petani tebu ini juga untuk bagaimana para petani tebu ini bisa mendapatkan pinjaman yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ini bisa dimanfaatkan oleh para petani tebu untuk membeli, pupuk, bibit baru juga obat-obatan pertanian," kata Menteri Rini.

Ia menambahkan, dengan Kartu Tani yang diintegrasikan dengan perbankan ini, petani bisa menarik dana KUR untuk biaya hidup bulanan sehingga tidak harus meminjam dana ke tengkulak atau ke pihak lain dengan bunga yang sangat tinggi, sehingga nantinya saat panen bisa langsung menjual tebunya ke pabrik gula dan dananya itu bisa langsung masuk ke rekening milik petani.

Bagi pabrik gula, Kartu Tani ini juga bisa menjadi solusi untuk memberitahukan kepada petani waktu akan memanen tebu, kemudian pabrik gula memberitahukan kapan gula akan digiling dan kapan petani bisa mendapatkan dananya di rekeningnya sehingga memudahkan para petani.

""Para pemegang Kartu Tani mendapatkan kemudahan karena datanya sudah terekam dengan lengkap," jelas Rini.

Bagi pemerintah, Kartu Tani yang nantinya akan disebar untuk petani di semua komoditas pertanian, bisa menjadi basis data petani yang akurat dan terintegrasi. Pemerintah mengetahui secara detil luas lahan pertanian, waktu panen, kinerja petani, dan berbagai hal teknis lainnya. Hal ini akan memudahkan pemerintah untuk menyusun program kebijakan, subsidi, dan bantuan yang lebih tepat sasaran.

Kartu Tani Sinergi PTPN dengan Bank BUMN

Direktur Utama PTPN XI Dolly P Pulungan menambahkan, Kartu Tani merupakan hasil sinergi antara PTPN dan bank BUMN yang terhimpun dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni BNI, BRI dan Bank Mandiri.

"Diharapkan nantinya Kartu Tani ini dapat Meningkatkan efisiensi bagi pabrik gula, memberikan keuntungan bagi petani dan pabrik gula khususnya karyawannya," katanya.

Saat ini di PTPN XI yang mempunyai 16 PG yang tersebar di Jatim. Dari total 16 PG milik PTPN XI tersebut, 6.067 petani sudah menerima Kartu Tani dengan luasan lahan 43.350 hektar yang tersebar dalam 72.712 petak perkebunan.

Selain di PG Asembagoes Situbondo milik PTPN XI, peluncuran Kartu Tani ini dilakukan serentak di 6 pabrik gula lainnya di wilayah Jatim yakni PG Krebet Baru Malang milik RNI, PG Pradjekan Bondowoso, PG Djatiroto Lumajang, PG Pagotan Madiun dan PG Semboro Jember milik PTPN XI serta PG Ngadirejo Kediri milik PTPN X. Sebelumnya, Kartu Tani sudah di-soft launching di PG Tjoekir Jombang milik PTPN X.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indoensia (APTRI) Pusat, Arum Sabil, menyambut baik realisasi Kartu Tani ini. "Saya pikir Kartu Tani ini adalah pengakuan bagi petani, sekaligus sebagai langkah bagaimana mensukseskan swasembada gula yang berdaya saing," tuturnya.

Ia menambahkan, Kartu Tani ini sangat positif karena bisa menjadi bank data tentang petani sehingga semua pihak terutama petaninya sendiri bisa mendapat kemudahan. Bagi perbankan juga tidak ragu lagi untuk menyalurkan kredit kepada petani karena petani sudah terdata dengan baik. Pada akhirnya, kesejahteraan petani dan swasembada komoditas pertanian khususnya gula, yang dicita-citakan pemerintah bisa terwujud.
sumber:
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3347032/rini-resmikan-kartu-tani-di-pabrik-gula-situbondo

Monday, November 7, 2016

Dirut PTPN XI Angkat Bicara soal Penutupan Pabrik Gula

Jumat, 21 Oktober 2016
Jember - Direktur Utama PTPN XI, Dolly P Pulungan, akhirnya angkat bicara tentang beredarnya kabar rencana penutupan pabrik gula pada tahun 2017 yang meresahkan sebagian besar petani tebu di sejumlah daerah.
"Tidak benar kalau sembilan pabrik gula di Jawa Timur akan ditutup pada tahun 2017 karena penutupan satu unit pabrik gula membutuhkan waktu lama dan harus dilakukan secara bertahap," kata Dolly, saat menemui perwakilan petani tebu dan karyawan pabrik gula di kawasan City Forest Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (21/10).
Puluhan petani tebu dan karyawan pabrik gula di wilayah Tapal Kuda ngluruk Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil dan Dirut PTPN XI di City Forest Jember terkait dengan rencana penutupan pabrik gula di Jatim.
Bahkan, sejumlah petani meluapkan emosinya dan mencecar sejumlah pertanyaan yang menuding ketidakberpihakan Direksi PTPN XI kepada para petani tebu yang sudah bekerja keras untuk mewujudkan swasembada gula.
"Semua direksi sebenarnya keberatan dengan rencana penutupan pabrik gula tersebut, bahkan kami kaget rencana pemerintah melakukan regrouping pabrik gula secepat ini," tutur Dolly kepada sejumlah petani.
Kendati demikian, lanjut dia, rencana pemerintah melakukan regrouping atau penggabungan pabrik gula tersebut memiliki tujuan yang mulia karena saat ini banyak pabrik gula yang berusia tua dan suplai tanaman tebu ke pabrik gula juga belum terpenuhi, namun regrouping tersebut akan dilakukan secara bertahap.
"Regrouping itu diharapkan bisa mencetak gula yang sehat dengan harga kompetitif, dan harga gula tidak terlalu mahal bagi masyarakat miskin. Sedangkan untuk pabrik gula yang memiliki teknologi kuno perlu dilakukan perbaruan dengan berbagai cara," katanya.
Dolly menegaskan pihaknya memiliki komitmen untuk memikirkan nasib petani tebu dan karyawan terkait dengan rencana regrouping tersebut, sehingga diharapkan tidak ada petani dan karyawan yang dirugikan dalam penggabungan pabrik gula itu.
Sementara salah seorang petani asal Situbondo Sumitro mempertanyakan alasan seluruh direksi PTPN dan PT RNI bersama Deputi Menteri BUMN yang menandatangani keputusan penutupan pabrik gula tanpa melihat kondisi riil petani di daerah.
"Alasan penutupan yang disampaikan oleh pemerintah sama sekali tidak masuk akal karena pabrik gula yang akan ditutup selama ini masih beroperasi dengan baik dan pasokan tanaman tebu petani juga cukup," katanya.
Petani juga menuding kebijakan rencana penutupan 10 pabrik gula merupakan bentuk pengkhianatan yang dilakukan pemerintah dan jajaran direksi karena dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan petani tebu di daerah.
Sumber:
http://www.beritasatu.com/nusantara/394126-dirut-ptpn-xi-angkat-bicara-soal-penutupan-pabrik-gula.html


Monday, October 17, 2016

Pemerintah Tidak Punya Program Jelas Soal Swasembada Gula

SIAGAINDONESIA-Pemerintah pusat dinilai gagal dan tidak serius dalam mewujudkan program swasembada gula. Ini bisa dilihat dari rencana pemerintah yang akan menutup 7-10 Pabrik gula di Jatim dan Jateng. Sementara itu a
Anggota komisi B DPRD Jatim, Pranaya Yudha menilai persoalan gula ini adalah tanggung jawab pemerintah pusat, sebab itu masuk BUMN, Yudha bahkan menuding pemerintah pusat lari dari tanggung jawab dan memilih pilihan paling mudah untuk menyelesaikan persoalan di pabrik gula itu.
“Saya sangat prihatin dengan keputusan itu, padahal ini menunjukkan kegagalan pemerintah pusat melakukan revitalisasi mesin mesin di pabrik gula yang memang sudah tua itu. Kesannya mereka mau lari dari tanggung jawabnya. Kalau itu jadi maka akan ada dampak negatif yang harus ditanggung petani dan para pekerja pabrik gula,” ungkap politisi golkar ini.
Ini akan timbulkan gejolak, padahal ini adalah buah ketidak seriusan pemerintah pusat dalam melakukan penyelamatan pabrik gula ini. Padahal pemerintah pusat selalu mendengungkan program swasembada gula dan akan lakukan revitalisasi pabrik gula.
“Ini kan akan diberlakukan untuk PG – PG di wilayah PTPN 10 dan 11, jadi ini menunjukkan ketidak seriusan pemerintah atas programnya sendiri. Buktinya mereka tidak menyediakan anggaran untuk melakukan peremajaan mesin mesin di PG -PG ini,” ungkap anggota dewan dari dapil Banyuwangi, Situbondo dan Bondowoso ini.
Menurut Yudha, berdirinya pabrik gula swasta PG KTM, punya peran besar atas rebutan baham baku gula, sebab pabrik ini dengan kapasitas mesin yang besar tidak bisa mendapat bahan baku tebu dari wilayah sekitar lamongan.
“Akhirnya dia (PG KTM) mengambil jatah pabrik gula yang ada di Jatim. Ironisnya, PG PG di Jatim kekurangan tebu, dan gagal meraih target produksi. Saya berharap Bupati tempat PG itu akan ditutup dan Gubernur Jatim segera mencari solusi untuk masalah ini. Jangan berdiam diri, harus cari jalan. Komisi B akan ikut mensupport,” kata Yudha.
Sekadar diketahui, dalam sebuah dokumen yang beredar dan diterima oleh Soekarwo, pada 6 Oktober 2016 telah terjadi pertemuan antara direktur utama PTPN IX, X, XI, dan PT RNI, dengan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN RI.
Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa pada 2017, Pabrik Gula Rejosari, Kanigoro, dan Purwodadi di wilayah Madiun akan ditutup. Sementara di wilayah Sidoarjo, PG Toelangan dan PG Watoetoelis juga akan ditutup.
Penutupan pabrik gula juga akan dilakukan untuk PG Meritjan di Kediri, PG Gondang Baru di Klaten, Jawa Tengah. Sementara di Situbondo, tiga pabrik gula yang ditutup adalah PG Pandji, PG Olean, dan PG Wringinanom. 

Sumber:
http://www.siagaindonesia.com/136156/pemerintah-tidak-punya-program-jelas-soal-swasembada-gula.html

Friday, October 14, 2016

Penutupan Pabrik Gula Masih Wacana

Kamis, 13 Okt 2016 07:50 WIB
MedanBisnis - Jember. Ketua Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR) Jember M Ali Fikri menilai, rencana pemerintah untuk melakukan penutupan atau regrouping 10 pabrik gula di Pulau Jawa tersebut masih sebatas wacana dan hal tersebut sudah pernah digulirkan pada tahun 2010. "Saya belum melihat adanya keseriusan untuk melaksanakan penutupan pabrik gula dan soal regrouping pabrik gula terutama di wilayah PTPN XI, wacana itu memang sudah didengungkan lama oleh pihak direksi atau pemerintah," katanya di Jember, Jatim, Rabu (12/10).

Menurutnya, tahun 2010 di wilayah PTPN XI juga pernah diwacanakan penutupan tujuh pabrik gula (PG) yang ada di wilayah Situbondo, Probolinggo dan Madiun, namun rencana tersebut tidak direalisasikan.

"Kalau rencana penutupan itu muncul lagi saat ini, maka tidak bisa dimungkiri ada situasi dan kondisi yang mengemuka yakni sejak akhir 2015, negara-negara sudah menerapkan 'ASEAN Free Trade Area' (AFTA) atau perdagangan bebas tingkat negara-negara ASEAN," tuturnya.

Dengan kondisi itu, lanjut dia, menuntut semua produksi untuk saling berkompetisi dan berdaya saing, baik harga maupun kualitas, termasuk gula di Indonesia. Dari segi harga dan kualitas, masih sulit bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand.

Biaya produksi yang masih tinggi dan pabrik gula yang tidak modern alias sudah tua di Indonesia tidak mampu meningkatkan kualitas dan daya saing dengan negara tetangga.

Sehingga tidak salah, jika BUMN dan pemerintah berusaha melakukan rasionalinasi dan efisiensi, diantaranya melakukan regrouping pabrik gula dalam usaha menekan biaya produksi gula.

"Saat ini lahan tebu rakyat semakin menyusut, sehingga pabrik gula mengalami idle capacity yakni tidak bisa menggiling dengan jumlah tebu yang ideal, sehingga kekurangan bahan baku tebu," ujarnya.

Fikri mengatakan, lahan tebu rakyat semakin menyusut, seperti di Kabupaten Jember yang awalnya seluas 6.700 hektare dan tahun ini diprediksi tinggal 4.000 hektare saja, bahkan luas lahan tebu di Indonesia dalam setahun berkurang 25%.

Banyak faktor yang memengaruhi, di antaranya sulitnya mengakses kredit ketahanan pangan (KKP), sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, naiknya biaya sewa lahan.

"Dan tahun 2016 ini, diduga kuat akan semakin banyak lahan tebu yang dibongkar karena faktor rendemen yang rendah dan cuaca La Nina (kemarau basah) yang menyebabkan biaya panen tebu membengkak, sehingga banyak petani tebu bangkrut dan tidak meneruskan usaha tebunya," paparnya.

Dengan lahan tebu yang semakin berkurang kata dia, akan menyebabkan kurangnya pasokan tebu ke pabrik gula maka oleh pihak Pabrik Gula PTPN mungkin disikapi dengan mengkonsentrasikan pasokan tebu nantinya hanya pada beberapa PG saja.

"Wacananya dengan menggulirkan regrouping pabrik gula tersebut dan dalam hal ini untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku tebu, sehingga kondisi tersebut yang dihadapi oleh manajemen pabrik gula dan direksi BUMN," tuturnya.

Apabila betul-betul serius melakukan penutupan pabrik gula, lanjut dia, petani tebu atau pedagang tebu yang biasanya memasok ke PG yang ditutup akan mengalihkan pasokan tebunya ke PG sekitarnya yang masih buka.

Misalnya, wilayah Situbondo yang biasanya mengirim ke PG Panji, PG Olean, dan PG Wringinanom akan mengalihkan pasokan tebunya ke PG terdekat yaitu PG Asembagus Situbondo atau PG pradjekan Bondowoso.

Dalam konteks Jawa Timur, lanjut dia, sebanyak sembilan PG yang ditutup, maka pasokan tebunya akan dialihkan ke 24 PG lainnya karena jumlah pabrik gula di Jatim saat ini sebanyak 33 PG, termasuk PG swasta yang bukan milik BUMN.

Sebanyak 10 pabrik gula yang rencananya akan ditutup tersebut adalah PG Kanigoro, PG Rejosari dan PG Purwodadi di Madiun, PG Toelangan dan PG Watoetoelis di Kabupaten Sidoarjo, PG Meritjan di Kediri, PG Wringinanom, PG Pandjie dan PG Olean di Kabupaten Situbondo, serta PG Gondang Baru di Klaten (Jawa Tengah). (ant)  
Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/10/13/262098/penutupan-pabrik-gula-masih-wacana/#.WABSETVBm4A