Friday, April 29, 2016

Menteri Amran Gayung Bersambut dengan Aspirasi APTRI

Selasa, 19 April 2016 | 20:38 WIB

JOSS.TODAY - Langkah dan gerakan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI gayung bersambut dengan menteri pertanian Amran Sulaiman, diantaranya dalam soal kebijakan gula impor raw sugar pabrik gula baru dengan alasan impor karena ada 'idle capasity' maupun 'commisioning'. 
"Tidak diijinkan impor saja sudah banyak yang impor sendiri, apalagi diijinkan. Karena itu kami tidak kasih, sehingga setahun kemarin tidak ada sama sekali impor gula," demikian pemaparan Amran Sulaiman di hadapan petani tebu dan stakeholder pergulaan dalam dialog di Kantor Kementrian Pertanian atau Kementan RI di Jakarta hari ini (19/4/2016). 
Menurut Amran, bukan hanya pada gula, di bidang lainnya Kementan juga makin membatasi impor komoditi produk pertanian dan peternakan untuk melindungi kepentingan petani dan peternak dalam negeri.
Ditambahkan Amran, meski Kementan punya sikap tegas soal impor produk pertanian, terutama gula, bukan artinya tanpa menghadapi tantangan yang berat. "Bahkan ada rekomendasi dan memo sakti dari para pejabat yang meminta rekomendasi impor gula, tapi hingga akhir tahun 2015 semua bisa ditangkal dengan argumentasi kuat untuk tidak mengimpor demi melindungi petani," rinci Amran Sulaiman.
Besaran pengajuan rekomendasi impor gula pun bervariasi, kata Amran Sulaiman, "ada yang mendesakkan Kementan berikan 25 ribu ton, 50ribu ton juga 100 ribu ton. Tapi semua ditolak." 
Seperti dilaporkan joss.today sebelumnya, untuk pastikan dukungan pada kebijakan pro petani dari Kementrian Perdagangan atau Kemendag soal penghentian impor raw sugar atas pabrik gula atau PG baru karena alasan 'iddle capasity', Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI Selasa (19/4/2016) pagi temui menteri pertanian dan pejabat di Kementrian Pertanian di Jakarta. 
"Jadi kemarin, kita sudah dapat banyak mendapat kabar baik atas dukungan kebijakan pro petani dengan bertemu Meneg BUMN juga ketika di kantor Kementrian Perdagangan. Dan khusus soal kebijakan setop impor raw sugar yang ditegaskan oleh Kemendag, kami akan kawal untuk dapat dukungan pula dari kantor Kementrian Pertanian," papar Arum Sabil ketua umum dewan pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI Pusat.
Menurut Arum Sabil, kebijakan Kemendag menghentikan ijin impor raw sugar untuk pabrik gula baru sangat diapresiasi.  
"Alasan pabrik gula baru yaitu karena 'iddle capacity' maka mereka ajukan ijin impor 'raw sugar' itu tidak masuk akal. Apalagi totalnya mencapa 800 ribu ton. Ada indikasi bahwa adanya pabrik gula baru tersebut sekadar kedok untuk melakukan impor gula mentah atau 'raw sugar'," papar Arum Sabil.
Sesuai regulasi yang ada, impor 'raw sugar' diatur khusus yaitu hanya untuk produsen yang telah memanfaatkan 70 persen bahan bakunya adalah tebu petani.
"Untuk PG di bawah BUMN yang disitu bahan bakunya adalah 70 persen dari petani, apalagi PG itu sudah berdiri ratusan tahun, maka ini masih harus diijinkan impor raw sugar. Misal PTPN X atau XI, dengan kapasitas produksi output masing-masing adalah 750ribu ton gula/tahun, maka ijin impor raw sugarnya antara 50-150 ribu ton itu wajar. Tapi bagaimana bila pabrik gula baru tidak sampai kapasitas produksi output 10ribu ton gula/tahun malah minta ijin 'raw sugar' ratusan ribu ton bahkan sampai 300 ribu ton? Itu sangat tidak lazim," papar Arum Sabil.
Program 10010
Amran Sulaiman sendiri yang secara langsung menyimak paparan ketua dewan pembina APTRI Pusat, HM Arum Sabil, mengaku sangat antusias dengan sejumlah perkembangan budi daya tebu di Provinsi Jawa Timur yang telah melakukan peningkatan produksi tebu mencapai 100 ton per hektare (ha) bahkan dalam produksi ini didapatkan rendemen 10 persen. Artinya ada peningkatan jumlah produksi baik tebu maupun gula.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, program produksi 100 ton per ha dan 10 persen rendemen sebenarnya telah didengungkan sejak 2015. Hasilnya kemudian bisa terlihat di tahun 2016 meskipun belum semua daerah berhasil melakukannya. Sebab biasanya produksi tebu ini baru mencapai 50-70 ton per ha dengan rendemen mencapai 8,5 persen.
"Kita sudah mendapatkan infromasi mengenai produksi 100 ton dengan rendemen 10 persen. Ini memang merupakan target kita," ujar Amran Sulaiman. 
Amran menjelaskan, pihaknya akan terus meningkatkan produksi yang sama di semua daerah yang memiliki lahan tebu. Caranya dengan pemberian bibit unggul. Karena bibit unggul ini pula yang membuat pertanian di Jawa Timur mampu memproduksi tebu 100 ton dengan rendeman 10 persen.‎ Amran pun berencana akan meninjau langsung lahan pertanian tebu ini di Jember, Lumajang dan Situbondo. (ru)
Sumber:
http://joss.today/read/33680-Sektor-Riil-Menteri_Amran_Gayung_Bersambut_dengan_Aspirasi_APTRI

No comments: