Thursday, December 31, 2009

Depdag tak akan patok harga gula impor

Rabu, 30/12/2009
Depdag tak akan patok harga gula impor
JAKARTA: Pemerintah tidak akan menetapkan harga patokan gula kristal putih (GKP) impor pada saat dijual di dalam negeri, dan hanya mengimbau agar dijual dengan harga kewajaran.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan dengan harga internasional saat ini US$700 per ton maka harga wajar di pasar domestik Rp9.500-Rp10.000 per kg setelah ditambah biaya transportasi dan bea masuk.

"[Harga yang wajar] Sedang dibahas para importir. Istilahnya bukan patokan harga tetapi target harga gula impor yang diinginkan tercapai bagi equilibrium [keseimbangan]," ujarnya, seusai sidak semen impor ilegal, kemarin.

Menteri menyatakan perkembangan pergulaan di dalam negeri akan dicermati tahap demi tahap. Saat ini, stok gula 400.000-500.000 ton dan cukup untuk kebutuhan selama lebih dari 2 bulan mendatang.

Di samping itu, pada Januari 2010 gula kristal putih impor 500.000 ton mulai sampai di pelabuhan Indonesia.

Untuk mengantisipasi lonjakan harga gula, pemerintah akan menggelar pasar murah pada awal tahun depan.
Saat ini, menurut Mari, lonjakan harga gula di level Rp15.000 per kg hanya terjadi di Padang, sedangkan di tempat lain masih Rp9.000-Rp10.000 per kg.

Sementara itu, pemerintah dipastikan memperpanjang pemberlakuan tarif bea masuk gula hingga April 2010, mengingat harga gula internasional yang masih tinggi. Sebelumnya, tarif bea masuk komoditas ini diturunkan untuk periode Oktober-Desember 2009.

Delapan kota

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan Subagyo mengatakan distribusi gula impor yang masuk Indonesia mulai akhir bulan depan difokuskan di delapan kota, mencakup Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makassar, Denpasar dan Surabaya.

Kebijakan distribusi itu terkait harga gula di kisaran Rp9.500 per kg melonjak menjelang Natal tahun ini ke level di atas Rp10.500 per kg. Bahkan, di Sumatra Barat harganya mencapai Rp15.000 per kg.
"Di delapan kota itu harga melambung paling banyak. Di sana [delapan kota besar di Indonesia] juga jumlah penduduk paling padat. Jadi indikatornya di delapan kota itu," ujarnya.

Menurut Subagyo, pendistribusian gula impor itu akan dilakukan oleh importir, seperti PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, X, XI, Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.

Sementara itu, Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) telah mengirimkan surat kepada Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian yang isinya produsen menyiapkan gula rafinasi 400.000 ton.

Produsen menawarkan gula rafinasi didistribusikan untuk kebutuhan industri makanan dan minuman skala kecil serta konsumsi masyarakat.

Namun, menurut Mari, saat ini akan menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah diambil dan akan mengevaluasi terlebih dahulu pelaksanaannya.
Dia tidak menyebutkan secara jelas soal tawaran dari produsen gula rafinasi guna menyediakan stok sebanyak 400.000 ton.

Produsen gula rafinasi menyediakan gula tersebut sebagai antisipasi jika impor GKP sulit terealisasi.

Oleh Sepudin Zuhri
Bisnis Indonesia
Sumber:
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/perdagangan/1id153446.html

No comments: