Petani
tebu dalam menanam tebu yang dipelihara dengan mengeluarkan semua biaya
yang diperoleh dari kredit dari KPTR – Koperasi Petani Tebu Rakyat – memendam harapan agar dari hasil penanaman
tebunya memperoleh rendemen yang tinggi, sehingga hasil dari menanam tebunya
dapat mensejahterakan kehidupan petani tebu.
Harapan ini dilontarkan para petani tebu, karena dengan ditetapkannya harga pembelian pemerintah
terhadap gula yang dihasilkan dari tanaman tebu
petani yang besarnya Rp. 8.100,- per kg. Karena penetapan harga tersebut
tidak dapat menutupi biaya yang telah dikeluarkan petani untuk memelihara
tanaman tebunya dan dari perhitungan
biaya yang telah dihitung oleh P3GI pun seharusnya harga pembelian pemerintah
seharusnya diatas harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Para petani
tebu, berpendapat bahwa pengalaman pada giling tahun 2011 rendemen tebu yang rendah, yaitu sekitar 6,8
hingga 7 persen. Petani tebu memperoleh keuntungan yang kurang
memadai bila dibandingkan dengan biaya, tenaga, dan biaya bunga yang ditanggung
para petani. Namun diharapkan untuk
giling tahun 2012 tingkat rendemen yang diharapkan adalah 7,5 hingga 8 persen.
Setidak-tidaknya tingkat rendemen tebu
tersebut dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, tenaga, dan biaya bunga
pinjaman dengan jangka waktu yang cukup lama yaitu menanam tebu dengan
jangka waktu lebih dari satu tahun.
Namun dalam giling tahun 2012, pabrik gula Semboro telah menentapkan
bahwa rendemen gula sebesar 7,3%.
Sehingga petani tebu merasa lega, tentunya semua itu disertai dengan
beberapa persyaratan yang tidak dengan mudahnya menetapkan rendemen tebu sebesar itu. Persyaratan tersebut diantaranya adalah
bahwa tebang tebu dalam keadaan
bersih, tidak ada pucuk tebu dan
kotoran (daun tebu kering, tanah,
bonggol tebu), tidak ada sogolan (tebu muda yang dimasukkan dalam tebu yang akan digiling artinya tebu segolan tersebut harus ditinggal).
Para petani
tebu, dengan persyaratan yang diajukan oleh pabrik gula semboro khususnya, tentunya petani akan
mematuhinya jika rendemen tersebut pabrik
gula komitmen dengan angka rendemen 7,3 adalah rendemen paling rendah. Ini
adalah usaha untuk meningkatkan pendapatan petani
tebu dari usahanya menanam tebu yang
telah dilakukan dengan susah payah, yaitu mengeluarkan biaya dan tenaga serta
modal untuk menanam tebu. Dan upaya
ini tentunya akan mendapat apresiasi dari para petani tebu sebagai penyedia bahan baku gula. Sehingga nanti akan diperoleh gula yang berkualitas untuk dikonsumsi oleh para konsumen.
Dengan produksi yang baik, tentunya petani tebu juga mengharapkan
pemerintah untuk mengawasi adanya gula impor
dan gula rafinasi yang masih ada saja yang beredar di pasar, dimana
seharusnya gula rafinasi adalah untuk
memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. Inilah yang harus pemerintah
lakukan komitmen untuk mengawasi dan menjaga jangan sampai gula rafinasi
merembes ke pasaran umum.
Inilah kekhawatiran para petani tebu, dengan datangnya musim giling, malah akan terjadi
merembesnya gula impor dan gula
rafinasi di pasaran umum, sehingga ini akan mengakibatkan harga gula menjadi turun, yang akhirnya
akan merugikan petani tebu.
5 comments:
Sip saya sangat setuju. Saya juga dari kalngan petani hehehe.
zayaps.blogspot.com
Sip saya sangat setuju. Saya juga dari kalngan petani hehehe.
zayaps.blogspot.com
Betul sekali, petani sudah menunggu tebu yang ditanam selama setahun. Tentunya rendemen tinggi yang ditunggu agar hasilnya bagus.
Terima kasih kawan komennya
Mantep Nh Gan Informasi Nya
Terima kasih Diaryonline.web.id. Semoga bisa buat postingan lagi ya. nih lagi gak ada ide
Post a Comment