Monday, April 16, 2012

Penetapan Rendemen Jangan Merugikan Petani

Agnes Swetta Br. Pandia | Agus Mulyadi | Selasa, 10 April 2012 | 13:59 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com - Penetapan rendemen gula petani jangan di bawah delapan persen, agar tigak merugian petani. Sebab jika rendemen rendah, petani dipastikan rugi karena saat ini biaya produksi berkisar Rp 9.100 Rp 9.500 per kilogram, sementara harga patokan petani tak lebih dari Rp 9.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Rebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil, di Surabaya, Selasa (10/4/2012), mengatakan, biaya produksi gula petani per kilogram jika rendemen di bawah tujuh persen sudah pada kisaran Rp 9.100 Rp 9.500 per kilogram. Angka tersebut dengan asumsi produks i tebu per hektar mencapai 90 ton.
Oleh karena itu, agar petani tetap untung dan pabrik gula tidak mengalami kekurangan bahan baku tebu, rendemen minimal delapan persen. Jika rendemen yang dihasilkan di bawah tujuh persen, maka minat petani untuk menanam tebu semakin rendah meski harga patokan petani (HPP) dipatok Rp 9.000 per kilogram.  
"Gula petani tidak ada artinya jika rendemen di bawah tujuh persen, karena semakin rendah rendemen tebu, biaya produksi justru meningkat," kata Arum Sabil.
Sementara gula rafinasi impor yang masuk ke pasar Indonesia harganya Rp 8 000 per kilogram, sehingga gula lokal semakin tersingkir. Apalagi gula rafinasi juga cenderung masuk ke pasar gula konsumsi, sehingga harga gula lokal murah dan petani semakin dirugikan.
Jika pemerintah tidak segera menentukan HPP yang menguntungkan petani, dikhawatirkan minat menanam tebu menurun. Akibatnya pabrik gula akan mengalami kekurangan bahan baku pada musim giling mendatang.

Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2012/04/10/13593646/Penetapan.Rendemen.Jangan.Merugikan.Petani

 

No comments: