Friday, April 13, 2012

Impor ‘Raw Sugar’ Merugikan Negara Rp 1,7 Triliun

Jumat, 13/04/2012 | 11:09 WIB
SURABAYA-Kalangan petani tebu mensinyalir impor gula mentah (raw sugar) merupakan permainan oknum importer dan pengambil kebijakan, sehingga merugikan negara hingga Rp 1,7 triliun. Sementara sejak beberapa minggu terakhir ini, harga gula di pasaran melambung tinggi, bahkan di sejumlah daerah kenaikan harganya mencapai 20% per kg. Rata-rata harga gula melonjak dari Rp 11 ribu menjadi Rp 12 ribu per kilogramnya.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur Samsul Arifin memperkirakan, harga akan tetap bertahan tinggi dan tidak akan mengalami penurunan sampai musim giling tiba, sekitar akhir April atau awal Mei 2012.
Banyak orang yang beranggapan naiknya harga gula akan berdampak pada kesejahteraan petani tebu, namun hal tersebut tidak dirasakan oleh petani tebu di Jawa Timur.
Arum Sabil,  ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), mengatakan, kenaikan harga gula sama sekali tidak berpengaruh kepada kesejahteraan petani tebu. “Apalagi sementara ini masih belum musim panen, karena musim panen baru tiba sekitar bulan mei sampai pertengahan Juni. Harga gula naik, tak ada pengaruhnya pada petani tebu,” ungkap Arum saat dihubungi Surabaya Post, Kamis (12/4).
Dilain fihak, untuk memenuhi kebutuhan pasokan gula, pemerintah justru mengimpor gula mentah. Dirinya heran terhadap ketidakjelasan dalam pengambilan kebijakan impor gula mentah tersebut. “Masuknya gula mentah impor justru dibiarkan. Ini tidak akan terjadi kecuali ada permainan oknum pengambil kebijakan,” ujar Arum.
Masuknya gula mentah impor diduga merugikan negara Rp 1,7 triliun. Jumlah itu dihitung dari keringanan biaya masuk gula mentah impor yang ternyata bisa sampai 0 persen. Padahal Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian mengizinkan gula impor masuk sebesar 3 juta ton. Untuk setiap kg gula impor yang masuk seharusnya dikenakan biaya masuk Rp 550 dan Rp 790 untuk raw sugar berarti untuk 3 juta ton, negara kehilangan Rp 1,7 triliun. Dengan begitu, negara dan rakyat tidak diuntungkan.
Arum menyebut adanya permainan kelompok 8 naga yang mendapat izin impor di atas 3 juta ton per tahun. Sayangnya, ia tidak menjelaskan lebih detil siapa yang dimaksud 8 naga itu. m1

Sumber:
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c3f3d5b264bbc83c3c9b022b153dbb70&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e

No comments: