JEPARA, suaramerdeka.com - Untuk mencukupi kebutuhan
gula nasional, harus tersedia 1 juta lahan tebu rakyat. Sekarang ini,
baru ada 400 ribu ha. ''Kita masih kalah jauh dibanding Thailand yang
telah memiliki satu juta ha lahan tebu,'' ujar anggota DPR RI Dapil
II (Demak, Kudus, Jepara) dari Partai Gerindra dan Ketua Dewan Pembina
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Abdul Wahid,di Jepara,
Selasa (24/1).
Sumatra dan Sulawesi, kata Abdul Wahid, cocok untuk
pengembangan lahan tebu. Di membandingkan dengan Thailand eksportir
gula nomor dua dunia yang wilayah negaranya hanya seukuran Sumatra,
namun mampu menyiapkan lahan tebu satu juta ha. ''Kami yakin, jika ada
kemauan dari pemerintah, pasti bisa,'' tukasnya anggota DPR RI Dapil II
(Demak,Kudus, Jepara) dari Partai Gerindra itu.
Rendahnya produksi
gula nasional, papar Wahid, disebabkan banyak faktor. Selain sempirnya
lahan, juga kualitas bibit yang rendah, yang berpengaruh produksi tebu
dan rendemen (kadar gula). Tebu hasil petani rata-rata rendemen
berkisar 8 persen, sedang di Thailand bisa mencapai 14 persen.
Walau
terlambat, Wahid menyambut positif kebijakan Kementerian Pertanian
Suswono, tahun 2012 ini yang akan mengucurkan dana Rp 200 miliar dari
Kementerian Pertanian untuk pengembangan lahan tebu. '' Sekarang ini ada
58 pabrik gula. Jika tiap PG ada penambahan 100 ha, maka akan ada
penambahan areal tebu 5.800 ha.''
Program itu, diharapkan dapat
mendorong pencapaian swasembada gula 2014 mendatang. Untuk meningkatkan
produksi gula, harus membongkar lahan tebu tiap 2 hingga 3 tahun sekali
dengan bibit baru yang lebih berkuaitas. Jadi, hasilnya baru bisa
dinikmati tiga tahun ke depan.
Abdul Wahid menjelaskan, saat ini
produksi gula nasional belum mampu mencukupi kebutuhan--baik untuk rumah
tangga maupun industri. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, produksi gula
tertinggi 2,7 juta ton pada 2007 lalu. Namun, itu masih jauh dari
kebutuhan, sebab untuk mencukupi industri masih impor gula rafinasi (raw
sugar) 2 juta ton. Dan dalam empat tahun ini, produksi gula kembali
menurun. Pada 2011 pada kisaran 2,2 juta ton.
Wahid mengatakan,
Indonesia berhasil menaikkan produksi gula 1,1 juta ton dalam jangka
waktu 8 tahun, karena ada kebijakan yang baik dari pemerintah. Pada
1998-1999 produksi gula 1,6 juta ton. Pada awal 2000-an program
pengembangan tebu dilakukan pemerintah Menteri Pertanian Kabinet Gorong
Royong Bungaran Saragih (2001-2004) melaksanakan Program Akselerasi
Peningkatan Produktivitas Gula Nasional Tahun 2003-2005. Dana yang
dikucurkan dari Rp 100 miliar meningkat menjadi Rp 350 miliar.
Tahun
2008 produksi gula turun menjadi 2,6 juta ton, 2009 turun lagi 2,5 juta
ton, 2010 drop 2,1 ton, dan 2011 lalu naik sedikit menjadi 2,2 juta
ton. ''Pemerintah harus menetapkan harga dasar pembelian gula dengan
harga yang baik, pada awal tahun, sehingga petani tertarik menanam
tebu,'' imbuhnya.
( Sukardi / CN34 / JBSM )Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/01/24/107622/Swasembada-Gula-Butuh-1-Juta-Ha-Lahan-Tebu
No comments:
Post a Comment