Saturday, April 23, 2011

PETANI TEBU KHAWATIR

Petani Tebu Khawatirkan Rendemen Jatuh


| Penulis : Asmaul Chusna

Nganjuk - Para petani tebu yang tergabung dalam Himpunan Petani Tebu Rakyat (HPTR) Anjuk Ladang mengkhawatirkan jatuhnya rendemen tebu karena tingginya curah hujan jelang musim giling Mei 2011 mendatang.

"Kalau hujan terus, tentunya berpengaruh pada rendemen tebu," kata Sekretaris HPTR Anjuk Ladang, Agung Amrullah, ditemui dalam acara deklarasi berdirinya Asosiasi Petani Tebu Rakyat Nusantara (APTRN) di PG Lestari, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Selasa.

Menurut dia, rendemen belum bisa dipastikan saat ini karena belum memasuki musim giling. Musim itu baru mulai Mei mendatang, hingga dari perusahaan pun bisa memastikan.

"Biasanya saat musim panen, rendemen tebu petani tak beranjak dari 7,5 persen. Tentunya, ini tidak menguntungkan petani," ucapnya.

Harusnya, kata dia, rendemen tebu hingga 8 persen bahkan lebih. Dengan itu, dipastikan para petani masih mendapatkan keuntungan dari hasil tanam tebu, selama satu tahun itu.

Musim panen tahun 2011 ini, tambah dia, dimungkinkan produksinya akan turun. Minat petani untuk tanam tebu di Kabupaten Nganjuk ternyata masih minim, dimana mereka lebih memilih tanam palawija yang keuntungannya lebih terlihat.

Harga jual tebu dimungkinkan juga anjlok daripada tahun lalu. 1 hektare lahan saat ini hanya dibeli dengan harga sekitar Rp30 juta, lebih rendah daripada tahun lalu yang mampu hingga Rp35 juta.

Selain harga jatuh, besarnya modal yang harus dipersiapkan untuk tanam tebu juga sangat besar. Satu hektare lahan, bisa menghabiskan anggaran sekitar Rp25 juta, yaitu untuk sewa lahan hingga Rp14 juta, sementara sisanya biaya tanam dan keperluan pemupukan.

"Ada pinjaman dari koperasi, tetapi itu tidak besar. Satu hektare lahan hanya dapat maksimal Rp15 juta, jadinya sangat terbatas," ungkapnya.

Hingga saat ini, stok tebu masih terbatas, karena minimnya lahan yang dimiliki petani dan tebu. Luas lahan untuk keperluan stok tebu di PG Lestari hanya 3.000 hektare, dimana dari jumlah itu, 80 persen milik petani, sementara sisanya pabrik. Lahan itu tersebar di wilayah Nganjuk dan Kediri.

Administratur PG Lestari, Budi Ari Prabowo, mengaku terpaksa mencari tebu dari luar untuk memenuhi kapasitas giling. Bahan baku yang didapat dari luas lahan milik petani dan perusahaan sendiri masih sekitar 3,2 juta kuintal tebu.

Ia menyebut, kapasitas giling di pabrik itu sebenarnya hingga 6 juta kuintal tebu. Tetapi, dari lahan yang dimiliki pabrik, hanya dapat menyuplai sekitar 60 persen untuk bahan baku berupa tebu, sementara sisanya harus disuplai dari luar.

Memenuhi kebutuhan, pihaknya sedang berupaya untuk memperluas lahan tebu. Musim tanam tahun 2011 ini, pihaknya berencana menambah hingga 5.000 hektare dalam jangka waktu hingga lima tahun mendatang.

Selain memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, terutama Jawa Timur, juga sebagai persediaan hingga tidak akan impor ketika harga gula naik.

Untuk masalah rendemen, Budi mengatakan perusahaan belum bisa memberikan kebijakan, karena menunggu musim panen. Tapi, pihaknya memastikan, rendemen akan diukur sesuai dengan kondisi tebu.

Dalam kegiatan itu, selain diikuti oleh APTR dari PG Lestari, juga dari lima perusahaan gula lainnya yang tergabung di PTPN X. Beberapa peserta yang tidak datang di antaranya perwakilan APTR dari PG Mritjan Kediri, PG Tulangan, PG Watu Tulis, PG Krembung di Sidoarjo, dan PG Krekep, Mojokerto.*
Sumber:
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/60431/petani-tebu-khawatirkan-rendemen-jatuh

No comments: