Tuesday, January 4, 2011

Pabrik Gula

Pabrik gula butuh dukungan kebijakan areal Pemkab

Oleh Bambang Sutejo | 03 January 2011

MALANG: Kalangan pabrik gula (PG) berbahan baku tebu mengingatkan kembali pentingnya dukungan areal dari pemerintah kabupaten/kota bagi kelangsungan hidup industri gula dan pengembangan lahan tanaman tebu.

Adig Suwandi, Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI), mengatakan pengalaman giling 2010 menunjukkan, banyak PG yang menganggur akibat minimnya dukungan bahan baku dari para petani sekitar.

"Kerja sama antara petani dan PG yang difasilitasi pemerintah kabupaten/kota terkait pemanfaatan lahan untuk budidaya tebu diyakini sangat mendesak," kata Adig Suwandi dalam siaran pers yang diterima Bisnis, siang ini.

Dia menyebutkan membaiknya harga gula dan tetes selama ini hendaknya menjadi motivasi bagi petani untuk terus melakukan intensifikasi budidaya sejalan dengan praktek terbaik (best practices) dan ekspansi areal. "Dengan struktur harga relatif kompetitif, tebu diyakini memiliki tingkat keunggulan relatif bagus terhadap komoditas lain."

Untuk diketahui, akibat kenaikan harga gula dunia hingga di atas US$700 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium), harga gula di Indonesia terimbas naik dimana di tingkat produsen mencapai di atas Rp8.000 per kg, bahkan pernah mencapai Rp9.300. Harga tetes juga mengalami lonjakan luar biasa hingga menembus Rp1.200 per kg.

Walaupun menghadapi perubahan iklim, bagaimana pun juga tebu lebih toleran terhadap berbagai gejolak dimaksud, baik saat kemarau panjang maupun hujan berkepanjangan.

"Pengembangan areal tebu untuk mendukung aktivitas operasional PG pada gilirannya akan membantu percepatan pertumbuhan ekonomi regional, baik melalui lapangan kerja langsung maupun efek ganda (multiplier effects) diciptakan PG. Dukungan varietas unggul agroekoteknologi memungkinkan, produktivitas menjadi lebih baik."

Pihaknya mengingatkan selain pentingnya areal, PG juga berharap kebijakan penggabungan pasar gula rafinasi dan konsumsi belum dapat dilakukan dalam waktu dekat.

“Karena selain pasar gula dunia distorsif, juga impor gula kristal mentah (raw sugar) untuk bahan baku industri gula rafinasi mendapatkan fasilitas berupa lain keringanan hingga pembebasan bea masuk, khususnya untuk investasi baru dan pabrik yang berniat melakukan ekspansi kapasitas.”

Penggabungan pasar baru dapat dilakukan pada tingkat persaingan sama atau saat semua industri gula rafinasi sudah menggunakan seluruh bahan bakunya dari tebu yang dibangun dari pembangunan kebun sendiri, bukan raw sugar impor.

Impor raw sugar dan gula rafinasi secara langsung juga harus dikendalikan, mengacu pada kebutuhan, bukan kapasitas terpasang pabrik. Kalau acuannya kapasitas pabrik, sangat potensial sebagian produknya mengalir ke pasar eceran sehingga menjadi kompetitor tidak sehat terhadap gula lokal. Tahun 2011 ancaman masuknya gula rafinasi ke pasar eceran harus tetap diwaspadai dan tentu saja menuntut konsistensi kebijakan pemerintah. (msw)
Sumber:
http://www.bisnis.com/index.php/industri/agroindustri/4596-pabrik-gula-butuh-dukungan-kebijakan-areal-pemkab

No comments: