Harga gula tinggi kok APTRI yang ditanya penyebabnya ? Tentunya Petani tebu tidak tahu.

Minggu yang lalu gula dilelang dengan harga gula  yang tertinggi pada Rp. 11.500,- per kilogram, sedangkan harga eceran di pasar harga gula sudah mencapai Rp. 14.000,- per kilogram. 

Bila harga gula di pasar yang tinggi ditanyakan ke Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia ( APTRI ), tentunya secara spontan tidak mengetahui penyebabnya apa, karena biasanya APTRI tidak konsen dengan tingginya harga gula dipasaran.

Tapi secara spontan juga, mereka dapat menduga bahwa tingginya harga gula bukan karena sedikitnya penawaran atau persediaan gula yang sedikit. Karena tidak logis pada musim giling tebu, persediaan gula sedikit. Yang seharusnya pada musim giling persediaan gula berlimpah. Harga gula yang tinggi, tentunya yang lebih tahu adalah pedagang, karena dengan harga gula yang tinggi, petani tebu bukanlah yang menikmati keuntungannya. Pedaganglah yang memperoleh rejeki jika harga gula tinggi.

Sebagaimana dinyatakan bahwa APTRI belum tahu, karena memang belum melakukan penelitian, apa yang menjadi penyebab harga gula tinggi.

Tentunya kepada yang berwenang bisa melakukan penelitian tentang mengapa harga gula pada musim giling ini tinggi. Sangatlah tidak logis pada musim giling ini, jika dinyatakan bahwa hal ini terkait dengan pasokan, memang sudah bisa diketahui berapa sih jumlah pasokannya? Demikian juga jika dinyatakan bahwa hasil gilingan di pabrik tidak sebanyak tahun lalu, yang dibandingkan ini dengan jumlah hasil giling yang mana dan masa yang mana serta jumlahnya berapa?

Pernyataan tersebut adalah pernyataan yang tidak didasarkan dengan data dan hasil penelitian yang cermat.