suarasurabaya.net| Tingginya biaya produksi dan rendahnya produksi petani tebu bisa berdampak pada kebankrutan massal pabrik gula.
Dijelaskan Arum Sabil Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), biaya produksi bisa mencapai Rp 10 ribu per kg untuk produksi 80 ton tebu per hektar dengan rendemen 6 persen. Seadngkan untuk produksi yang sama dengan rendemen 7 persen, biaya produksi yang dikeluarkan petani tebu sebesar Rp 9 ribu per kg.
Sementara harga gula di pasaran di bawah biaya produksi tersebut. Harga lelang terakhir 2011 lalu saja mencapai Rp 8.300 per kg. Apalagi pada 2012 ini, Menteri BUMN sempat mengisyaratkan kondisi pabrik gula yang mendekati lampu kuning atau di ambang kematian.
"Kalau harga gula di bawah biaya produksi, bisa terjadi kebankrutan massal. Petani tebu tidak gairah menanam tebu. Padahal 80 persen bahan baku ya dari petani. Biaya produksi meningkat, produksi rendah," kata Arum pada wartawan, Kamis (26/1/2012).
Kondisi rendahnya produksi gula bisa terlihat pada 2011 lalu. Dengan luas area 450 hektar, rata-rata menghasilkan produksi tebu mencapai 80 ton per hektar atau total 50 juta ton. Jika rendemen 7 persen, maka produksi gula seharusnya 3,5 juta ton. Tapi, ternyata 2011 lalu produksi gula hanya berkisar pada angka 2,1 juta ton.
Pemerintah sendiri saat mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah dilematis gula. Ada dua kepentingan yang berbeda. Di satu sisi, petani dihadapkan pada tingginya biaya produksi. Sedangkan dari sisi konsumen menginginkan harga jual gula rendah.
Mengatasi dilema tersebut, Arum menyarankan agar pemerintah memiliki sistem mekanisme pembelian gula dari petani. Prinsipnya menguntungkan petani dan juga melindungi konsumen. Misalnya, gula petani dibeli pemerintah dengan harga bagus dan dijual ke pasaran dengan harga yang disubsidi. Yang jelas, jangan mematikan petani.
Dijelaskan Arum Sabil Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), biaya produksi bisa mencapai Rp 10 ribu per kg untuk produksi 80 ton tebu per hektar dengan rendemen 6 persen. Seadngkan untuk produksi yang sama dengan rendemen 7 persen, biaya produksi yang dikeluarkan petani tebu sebesar Rp 9 ribu per kg.
Sementara harga gula di pasaran di bawah biaya produksi tersebut. Harga lelang terakhir 2011 lalu saja mencapai Rp 8.300 per kg. Apalagi pada 2012 ini, Menteri BUMN sempat mengisyaratkan kondisi pabrik gula yang mendekati lampu kuning atau di ambang kematian.
"Kalau harga gula di bawah biaya produksi, bisa terjadi kebankrutan massal. Petani tebu tidak gairah menanam tebu. Padahal 80 persen bahan baku ya dari petani. Biaya produksi meningkat, produksi rendah," kata Arum pada wartawan, Kamis (26/1/2012).
Kondisi rendahnya produksi gula bisa terlihat pada 2011 lalu. Dengan luas area 450 hektar, rata-rata menghasilkan produksi tebu mencapai 80 ton per hektar atau total 50 juta ton. Jika rendemen 7 persen, maka produksi gula seharusnya 3,5 juta ton. Tapi, ternyata 2011 lalu produksi gula hanya berkisar pada angka 2,1 juta ton.
Pemerintah sendiri saat mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah dilematis gula. Ada dua kepentingan yang berbeda. Di satu sisi, petani dihadapkan pada tingginya biaya produksi. Sedangkan dari sisi konsumen menginginkan harga jual gula rendah.
Mengatasi dilema tersebut, Arum menyarankan agar pemerintah memiliki sistem mekanisme pembelian gula dari petani. Prinsipnya menguntungkan petani dan juga melindungi konsumen. Misalnya, gula petani dibeli pemerintah dengan harga bagus dan dijual ke pasaran dengan harga yang disubsidi. Yang jelas, jangan mematikan petani.
Menurut
Arum, keuntungan baru bisa dirasakan petani tebu bila kualitas tebu
diperbaiki dengan menghasilkan 100 ton per hektar dengan rendemen dari
pabrik gula minimal 8 persen. Dengan demikian, Kementerian BUMN dalam
mengatasi persoalan gula harus fokus pada dua hal yaitu perbaikan pabrik
gula dan peningkatan kualitas varietas tebu. Selama ini, peningkatan
kualitas tebu sudah dilakukan, namun tidak diiringi dengan efisiensi
pabrik gula.(git)
Sumber:
http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/?id=2bf63253226e5f40c64b74b610d779b32012102502
No comments:
Post a Comment