SURABAYA
– Sejak tahun 2009 produksi gula nasional terus jeblok. Itu disebabkan
oleh anomali cuaca, serta semakin sempitnya lahan perkebunan tebu akibat
kalah bersaing dengan tanaman lain. Harga gula yang hanya selisih
sedikit dari harga beras, turut jadi pemicu petani enggan menanam tebu.
Hal
tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN)
X, Subiyono, Kamis (09/2). “Petani tebu banyak beralih ke tanaman lain,
karena hasilnya lebih besar. Juga, turunnya produksi karena curah hujan
tinggi yang membuat tanaman tebu mengalami penggabusan,” tuturnya, di
sela Kongres Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) ke-X, di Grand City,
Surabaya.
Dia
menjelaskan, produksi gula nasional mengalami penurunan sejak tahun
2008 lalu. Saat itu, produksi gula nasional mencapai 2,7 juta ton.
Kemudian tahun 2009, produksinya mengalami penurunan menjadi 2,6 juta
ton. “Tahun 2010 menurun lagi menjadi 2,5 juta ton. Dan tahun 2011 lebih
parah penurunan produksinya sampai 2,1 juta ton,” sambungnya.
Dia
memaparkan, petani lebih banyak beralih ke tanaman yang lebih
menguntungkan, karena harga gula saat ini masih rendah. Di pasaran,
harga gula rata-rata berada di kisaran Rp8.000-Rp10.000 per kg. “Harga
gula seharusnya lebih tinggi dari harga beras, tapi nyatanya hanya
selisih Rp 1.500 per kg. Pendapatan petani seharusnya diiringi dengan
kenaikan harga gula,” tukasnya.
Di
tingkat internasional, pada akhir perdagangan di bursa ICE Futures,
Rabu (01/02), harga Gula berjangka kembali mengalami penutupan penurunan
harga. Harga gula melemah disebabkan oleh kenaikan nilai tukar dolar AS
terhadap Euro.
Sementara
itu, kemungkinan Yunani gagal menerima bantuan lanjutan, juga
berpengaruh terhadap pergerakan harga gula berjangka. Dolar AS mengalami
kenaikan, sehingga kenaikan nilai tukar dollar menyebabkan komoditas
yang diperdagangkan dalam dollar menjadi relatif lebih mahal bagi
pembeli luar negeril sehingga permintaannya mengalami penurunan.
Sebagai
akibatnya harga komoditas ini juga turut terpangkas. Harga gula
berjangka untuk kontrak bulan Maret di bursa ICE Futures merupakan
kontrak yang paling aktif saat ini. Harga kontrak melemah sebesar 0.21
sen (0.88%) dan berakhir pada posisi 23.64 sen per pon.
Sementara
itu di pasar London, harga gula putih mengalami penurunan 10 cent atau
0.02 persen menjadi USD 630.10 (Rp5,67 juta) per ton. Kontrak gula putih
berakhir 14 Februari.
Di
dalam negeri, harga gula di Kalimantan mencapai Rp13.000/kg dan di
Papua bisa sampai Rp16.000/kg, terlebih pemerintah saat ini telah
mengeluarkan kebijakan pembatasan produksi pabrik gula rafinasi di
Makassar, sehingga Sulawei Selatan terancam kekurangan stok gula hingga
90.000 ton.
Terjadinya
kelangkaan gula saat ini, dikhawatirkan menyebabkan terjadinya kartel
atau kesepakatan harga yang ditentukan pedagang gula di pasaran.
Sementara itu di Malang, gula dan beras masih menjadi penyumbang
inflasi.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal IKAGI, Adig
Suwandhi menerangkan bahwa tanaman tebu masih kalah menarik dengan
tanaman lainnya, terutama padi. Sebab itu, cara realistis yang bisa
dilakukan adalah menaikkan harga gula. “Selain itu harus ada upaya
optimalisasi masa tanam, penggantian varietas tebu unggulan, kecukupan
input, perbaikan manajemen tanam dan efisiensi pabrik,” tandasnya. m27
Produksi Gula Nasional
Tahun Produksi (ton)
2008 2,7 juta
2009 2,6 juta
2010 2,5 juta
2011 2,1 juta
Kebutuhan Gula Nasional
Jenis Jumlah
GKP Konsumsi 2.950.000 ton
GKP Industri Mamin 2.750.000 ton
Total 5.700.000 ton
Sumber:
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=de71108a79570adc9ce9b4c209e3df67&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5
4 comments:
wah turut prihatin gan....
nice share sobat.. :)
di tunggu comment dan follow back nya.. :)
terima kasih, komen nya, semoga bisa menjadi baik dimasa yang akan datang
amin..sukses selalu sobat
Thanks for sharing this post.. Tis is greaT!!!
SMSF
Post a Comment