Yakub Mulyono - detikFinance
Jember - Produksi gula di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menurun
4.000 ton dibandingkan tahun 2015 lalu. Pada akhir tahun 2016, produksi
gula Jember sebanyak 26.000 ton, lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 30.000 ton.
Produksi gula di Kabupaten Jember, Jawa Tumur akhir 2016 diperkirakan 26.000 ton, turun 4.000 ton dibandingkan tahun lalu yang sebesar 30.000 ton. Hal ini dinyatakan oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Jember, Yeyek Sugiarto.
Pabrik Gula (PG) Semboro Jember menargetkan penggilingan tebu sebanyak 9.000.500 kuintal tahun 2016.
"Namun pada akhir tahun ini masih tercapai sekitar 8.000.000 kuintal. Target produksi gula nya sama dengan tahun lalu sebanyak 30.000 ton, tetapi akibat faktor cuaca hanya baru terealisasi sekitar 26.000 ton," sebut Yeyek, Kamis (22/12/2016).
Penurunan produksi gula ini akibat musim hujan yang masih mengguyur Jember hingga akhir tahun ini. Padahal, menurut Yeyek, pertengahan tahun lalu sudah memasuki musim kemarau dan itu bagus untuk pertanian tebu karena tingkat rendemen tinggi. Sedangkan tahun ini, musim hujan terjadi hampir sepanjang tahun.
Cuaca ekstrem itu berdampak pada penurunan tingkat rendemen. Ia menyebutkan, rendemen tebu terus menurun setiap bulannya, mulai dari 7 persen hingga saat ini berada di posisi 5,4 - 5,5 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang berkisar 8,5 - 10 persen.
"Biaya produksi sekitar Rp 10 juta per hektare, dengan rata-rata produksi tebu sebanyak 800-1.000 kuintal per hektare. Biaya itu terdiri dari pupuk, jasa tebang panen dan jasa angkut tebu. Sedangkan pendapatan petani sekarang hanya sekitar Rp 2 juta per hektare," tuturnya.
"Padahal ada juga petani yang tidak memiliki lahan, akhirnya sewa lahan. Artinya, kerugian petani sewa bisa lebih tinggi dibandingkan petani yang memiliki lahan sendiri," sambung Yeyek.
Berdasarkan data APTRI Jember, jumlah petani di Jember sekitar 2.000 orang yang tersebar di 31 Kecamatan. Ia memprediksi, jumlah petani yang menanam tebu akan berkurang karena mengalami kerugian pada tahun ini.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Jember, Masykur, membenarkan kondisi pertanian tebu tersebut. Menurutnya, kerugian petani tidak hanya disebabkan rendahnya rendemen.
"Selain bergantung pada kondisi cuaca, petani juga bergantung pada harga lelang gula. Pada saat ini, harga lelang gula juga terus menurun dibandingkan beberapa bulan sebelumnya," kata Masykur saat dikonfirmasi terpisah.
Dari data yang dihimpun Disbunhut Jember, harga lelang gula di Jember saat ini sekitar Rp 11.000 per kilogram. Angka itu kian merosot sejak enam bulan yang lalu yang berkisar Rp 13.000 - Rp 14.000 per kilogram.
"Penurunan produksi gula dan berkurangnya pendapatan petani jelas akan terjadi. Tahun lalu, walaupun harga lelang berkisar Rp 10.000 - Rp 11.000, tetapi petani masih untung karena rendemen stabil di atas 8,5 persen," paparnya.
Melihat fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Jember tidak bisa berbuat banyak. Penetapan harga lelang murni ditetapkan PG Semboro.
"Kami saat ini mencari alternatif lain untuk membantu petani, salah satunya menghubungkan petani dengan perbankan untuk mendapatkan kredit lunak, agar memiliki modal untuk biaya tanam" tandasnya. (hns/hns)
Produksi gula di Kabupaten Jember, Jawa Tumur akhir 2016 diperkirakan 26.000 ton, turun 4.000 ton dibandingkan tahun lalu yang sebesar 30.000 ton. Hal ini dinyatakan oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Jember, Yeyek Sugiarto.
Pabrik Gula (PG) Semboro Jember menargetkan penggilingan tebu sebanyak 9.000.500 kuintal tahun 2016.
"Namun pada akhir tahun ini masih tercapai sekitar 8.000.000 kuintal. Target produksi gula nya sama dengan tahun lalu sebanyak 30.000 ton, tetapi akibat faktor cuaca hanya baru terealisasi sekitar 26.000 ton," sebut Yeyek, Kamis (22/12/2016).
Penurunan produksi gula ini akibat musim hujan yang masih mengguyur Jember hingga akhir tahun ini. Padahal, menurut Yeyek, pertengahan tahun lalu sudah memasuki musim kemarau dan itu bagus untuk pertanian tebu karena tingkat rendemen tinggi. Sedangkan tahun ini, musim hujan terjadi hampir sepanjang tahun.
Cuaca ekstrem itu berdampak pada penurunan tingkat rendemen. Ia menyebutkan, rendemen tebu terus menurun setiap bulannya, mulai dari 7 persen hingga saat ini berada di posisi 5,4 - 5,5 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang berkisar 8,5 - 10 persen.
"Biaya produksi sekitar Rp 10 juta per hektare, dengan rata-rata produksi tebu sebanyak 800-1.000 kuintal per hektare. Biaya itu terdiri dari pupuk, jasa tebang panen dan jasa angkut tebu. Sedangkan pendapatan petani sekarang hanya sekitar Rp 2 juta per hektare," tuturnya.
"Padahal ada juga petani yang tidak memiliki lahan, akhirnya sewa lahan. Artinya, kerugian petani sewa bisa lebih tinggi dibandingkan petani yang memiliki lahan sendiri," sambung Yeyek.
Berdasarkan data APTRI Jember, jumlah petani di Jember sekitar 2.000 orang yang tersebar di 31 Kecamatan. Ia memprediksi, jumlah petani yang menanam tebu akan berkurang karena mengalami kerugian pada tahun ini.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Jember, Masykur, membenarkan kondisi pertanian tebu tersebut. Menurutnya, kerugian petani tidak hanya disebabkan rendahnya rendemen.
"Selain bergantung pada kondisi cuaca, petani juga bergantung pada harga lelang gula. Pada saat ini, harga lelang gula juga terus menurun dibandingkan beberapa bulan sebelumnya," kata Masykur saat dikonfirmasi terpisah.
Dari data yang dihimpun Disbunhut Jember, harga lelang gula di Jember saat ini sekitar Rp 11.000 per kilogram. Angka itu kian merosot sejak enam bulan yang lalu yang berkisar Rp 13.000 - Rp 14.000 per kilogram.
"Penurunan produksi gula dan berkurangnya pendapatan petani jelas akan terjadi. Tahun lalu, walaupun harga lelang berkisar Rp 10.000 - Rp 11.000, tetapi petani masih untung karena rendemen stabil di atas 8,5 persen," paparnya.
Melihat fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Jember tidak bisa berbuat banyak. Penetapan harga lelang murni ditetapkan PG Semboro.
"Kami saat ini mencari alternatif lain untuk membantu petani, salah satunya menghubungkan petani dengan perbankan untuk mendapatkan kredit lunak, agar memiliki modal untuk biaya tanam" tandasnya. (hns/hns)
Sumber:
https://finance.detik.com/industri/3378374/cuaca-buruk-produksi-gula-di-jember-turun-4000-kg